Pada
bab ini membahas pendekatan utama dalam komunikasi politik terhadap pengkajian
media, selain itu babi ini juga mencoba untuk mengevaluasi hal-hal yang
bersifat dasar dalam penelitian beserta efeknya. Pembahasan mengenai efek dari
media dalam kerangka pendekatan komunikasi politik, dapat dikaji melalui tiga
aspek, yaitu : Pertama, pertimbangan akan sejauh mana langkah interaktif yang
dibangun dari aktor politik itu sendiri. Kedua, studi terhadap proses politik
dalam masyarakat demokratis. Ketiga, pertimbangan akan dampak sistemik yang
muncul dari komunikasi politik pada masyarakat kapitalis, seperti Inggris dan
Amerika Serikat.
Permasalahan
Metodologi dan Efeknya dalam Penelitian Politik
Proses Komunikasi, Pembuktian,
Survei, Perilaku Pemilih, Penelitian Eksperimental
Mulanya,
studi komunikasi merupakan hal yang jarang, namun hal ini berubak ketika hasil
dari analisis dapat menelaah efek langsung yang dapat diprediksi dan diukur.
Akan tetapi, beberapa penelitian empiris sayangnya tidak dapat membuktikan efek
dari suatu media, karena pada tahun 1950 masih dibatasi atau dimediasi oleh
berbagai faktor, seperti halnya intervensi pesanan dan penonton. Pada
prosesnya, untuk memahami efek dari media perlu memiliki pemahaman mengenai
situasi semiotika sosial, agar dapat menganalisis setiap simbol dan dapat
memberikan pemaknaan bagi penonton. Selain itu, kita juga perlu memahami
konteks penerimaan pesan pada beberapa hal, seperti halnya faktor-faktor
afiliasi politik, usia, etnis, dan jenis kelamin penerima informasi. Akan
tetapi, sebelumnya kita harus mengetahui konten dari jenis pesan yang
disampaikan. Proses komunikasi ini seringkali dikatakan sulit, karena
kompleksitas dari cakupannya itu sendiri.
Pembuktian, hal ini terkait
dengan sifat dan kualitas bukti dari proses penelitian komunikasi politik.
terdapat tiga cara untuk memahami efek dari komunikasi politik terhadap sikap
dan perilaku, yaitu : Pertama, meminta orang untuk menanggapi pesan tertentu,
dan menyusunnya kedalam statistik dalam bentuk jejak pendapat publik. Kedua,
strategi para kontestan dalam kampanye politik. ketiga, melakukan percobaan
untuk mengisolasi efek dari proses komunikasi.
Survei, Hal ini dapat
dilakukan melalui, perhitungan opini publik, pada opsi ini keakuratan ada pada
pengambilan sampel. Selain itu, jejak pendapat publik dapat menganalisis sikap
politik, sehingga dapat menilmbukan efek ‘demonstrasi’.
Perilaku pemilih, Merupakan
bagian dari instrumaen pengukuran efek komunikasi politik melalui analisis
perilaku pemilih yang sebenarnya.
Sedangkan penelitian
eksperimental merupakan metode penilaian efek komunikasi politik dengan
mengajukan pertanyaan pada orang-orang. Pendekatan ini adalah alat penelitian
dari efek suatu perilaku.
Apakah
komunikasi politik itu bekerja? Pada level mikro
Pada
prosesnya komunikasi politik sangat berpengaruh bagi pemilih yang belum
menentukan pilihannya dalam proses pemilihan umum. Sehingga terdapat tiga
proses dalam komunikasi politik untuk menyentuh level mikro, sehingga individu
dapat terikat dengan informasi yang disosialisasikan. Pertama, citra partai dan
kebijakannya memiliki pengaruh yang paling besar. Kedua, gambaran dari pimpinan
partai politik. Ketiga, citra pendukung dari
partai itu sendiri. Terdapat penelitian di Jerman yang dilakukan oleh Kepplinger
dan Dombach, menunjukkan bahwa sudut kamera tertentu, seperti syuting,
menghasilkan respon penonton yang lebih menguntungkan bagi seorang politikus
daripada yang lain. Mereka menyimpulkan bahwa 'sudut kamera mempengaruhi
persepsi, khususnya di kalangan pendukung politisi'. Scott Keeter, misalnya, menyatakan
bahwa semua pemilih yang menonton televisi adalah yang paling mungkin
dipengaruhi oleh kandidat politik.
Pengaruh
Iklan Politik
Kami
disebutkan di atas pentingnya membedakan antara jenis komunikasi politik,
seperti siaran pemilu dan wawancara berita TV. Penelitian yang dikutip oleh
Diamond dan Bates mendukung 'kegunaan dan gratifikasi' tesis bahwa efek dari
iklan politik (di mana kategori kita termasuk siaran partai politik Inggris)
yang sangat dikondisikan oleh sikap politik yang ada penonton. Hal ini berlaku
terlepas dari kualitas estetika iklan tersebut. Iklan dapat menerima pujian
dari komentator dan analis, sementara gagal untuk meningkatkan penilaian sebuah
partai. Ketika semua bukti empiris diperhitungkan (dan tidak ada begitu banyak
seperti yang sudah diduga, mengingat sejauh mana gambar-manajemen telah menjadi
fitur utama dari kampanye politik) dapat disimpulkan bahwa ada tidak muncul
untuk menjadi cara di mana pesan politik dapat dibangun sehingga menghasilkan
respon yang menguntungkan di antara penonton. Ini tidak boleh dilupakan,
bagaimanapun, bahwa berbagai faktor mediasi campur tangan dalam hubungan
komunikator-receiver, yang mempengaruhi makna pesan dan dampaknya terhadap
sikap dan perilaku.
Komunikasi
Politik dan Proses Demokratis
Pendekatan
empiris dari efek komunikasi politik adalah penekanan terhadap proses
demokratis itu sendiri, melalui telaahnya terhadap perilaku dan sikap politik
masyarakat demokratis. Pada konsep ini, politisi dituntut untuk lebih peka
terhadap situasi opini publik, sehingga publik berpartisipasi aktif dalam
mengawasi kinerja pemerintahan.
Naiknya
Biaya Kampanye
Biaya
kampanye yang mahal, menjadikan hal ini sebagai suatu fenomena diskriminasi,
karena kesetaraan akan hak politik akan semakin menurun, yaitu ketika semuanya
harus diawali dengan sumber daya keuangan, maka yang tidak memiliki sumber daya
tersebut memiliki sedikit akses untuk mengoptimalkan hak politiknya. Meskipun
tidak selalu sumber daya uang itu memilki pengaruh, akan tetapi efektifitas dan
efisiensi kampanye lah yang menjadi tolak ukur keberhasilan, melainkan orang
yang memiliki sumber daya keuangan akan lebih diuntungkan.
Komersialisasi
Politik
Komunikasi
politik era modern yang terpaku pada sistem formasi sosial kapitalis,
menempatkan demokrasi sebagai instrumen terpenting dalam ranah politik.
sehingga menimbulkan berbagai efek, khususnya untuk melakukan sosialisasi
politik, yang tentunya akan berdampak pada komersialisasi politik.
Politik
dan Post-Modern
Munculnya
instrumen kebebasan berpendapat dalam demokrasi melahirkan berbagai lembaga
penghimpun ruang publik. Seperti halnya, media cetak, elektronik, dsb. Ruang-ruang
publik atau media mendapat ruang tersendiri dalam konstelasi politik suatu
negara, sehingga tak jarang media bermain peran terhadap kepentingan politik
dibelakangnya. Pada konsteks kontemporer, khususnya di masa post modern, media
menjadi instrumen penting dalam mensosialisasikan kandidat politik. bahkan
sudah menjadi suatu keniscayaan akan adaya ikut serta media dalam ajang
kontestasi politik. fenomena post modern seringkali menghadirkan hal-hal yang
berbau manipulatif, seperti halnya kandidat yang disosialisasikan dalam media
tidak sebagus apa yang ditampilkan. Sehingga, hal ini menimbulkan permasalahan
tersendiri bagi masyarakat, khususnya bagi negara yang tingkat pendidikan
masyarakatnya masih rendah. Oleh karena itu, pendidikan politik terhadap
masyarakat agar lebih selektif memilih kandidat merupakan peran yang sangat
penting, agar legitimasi kekuasaan tidak jatuh pada orang yang tidak kompeten
dibidangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar