Sabtu, 18 Maret 2017

An introduction to Political Communication, Fifth Edition, Part 1, Chapter 3 "The Effects of Political Communication"

Pada bab ini membahas pendekatan utama dalam komunikasi politik terhadap pengkajian media, selain itu babi ini juga mencoba untuk mengevaluasi hal-hal yang bersifat dasar dalam penelitian beserta efeknya. Pembahasan mengenai efek dari media dalam kerangka pendekatan komunikasi politik, dapat dikaji melalui tiga aspek, yaitu : Pertama, pertimbangan akan sejauh mana langkah interaktif yang dibangun dari aktor politik itu sendiri. Kedua, studi terhadap proses politik dalam masyarakat demokratis. Ketiga, pertimbangan akan dampak sistemik yang muncul dari komunikasi politik pada masyarakat kapitalis, seperti Inggris dan Amerika Serikat.
Permasalahan Metodologi dan Efeknya dalam Penelitian Politik
Proses Komunikasi,  Pembuktian, Survei, Perilaku Pemilih, Penelitian Eksperimental
Mulanya, studi komunikasi merupakan hal yang jarang, namun hal ini berubak ketika hasil dari analisis dapat menelaah efek langsung yang dapat diprediksi dan diukur. Akan tetapi, beberapa penelitian empiris sayangnya tidak dapat membuktikan efek dari suatu media, karena pada tahun 1950 masih dibatasi atau dimediasi oleh berbagai faktor, seperti halnya intervensi pesanan dan penonton. Pada prosesnya, untuk memahami efek dari media perlu memiliki pemahaman mengenai situasi semiotika sosial, agar dapat menganalisis setiap simbol dan dapat memberikan pemaknaan bagi penonton. Selain itu, kita juga perlu memahami konteks penerimaan pesan pada beberapa hal, seperti halnya faktor-faktor afiliasi politik, usia, etnis, dan jenis kelamin penerima informasi. Akan tetapi, sebelumnya kita harus mengetahui konten dari jenis pesan yang disampaikan. Proses komunikasi ini seringkali dikatakan sulit, karena kompleksitas dari cakupannya itu sendiri.
Pembuktian, hal ini terkait dengan sifat dan kualitas bukti dari proses penelitian komunikasi politik. terdapat tiga cara untuk memahami efek dari komunikasi politik terhadap sikap dan perilaku, yaitu : Pertama, meminta orang untuk menanggapi pesan tertentu, dan menyusunnya kedalam statistik dalam bentuk jejak pendapat publik. Kedua, strategi para kontestan dalam kampanye politik. ketiga, melakukan percobaan untuk mengisolasi efek dari proses komunikasi.
Survei, Hal ini dapat dilakukan melalui, perhitungan opini publik, pada opsi ini keakuratan ada pada pengambilan sampel. Selain itu, jejak pendapat publik dapat menganalisis sikap politik, sehingga dapat menilmbukan efek ‘demonstrasi’.
Perilaku pemilih, Merupakan bagian dari instrumaen pengukuran efek komunikasi politik melalui analisis perilaku pemilih yang sebenarnya.
Sedangkan penelitian eksperimental merupakan metode penilaian efek komunikasi politik dengan mengajukan pertanyaan pada orang-orang. Pendekatan ini adalah alat penelitian dari efek suatu perilaku.
Apakah komunikasi politik itu bekerja? Pada level mikro
Pada prosesnya komunikasi politik sangat berpengaruh bagi pemilih yang belum menentukan pilihannya dalam proses pemilihan umum. Sehingga terdapat tiga proses dalam komunikasi politik untuk menyentuh level mikro, sehingga individu dapat terikat dengan informasi yang disosialisasikan. Pertama, citra partai dan kebijakannya memiliki pengaruh yang paling besar. Kedua, gambaran dari pimpinan partai politik. Ketiga,  citra pendukung dari partai itu sendiri. Terdapat penelitian di Jerman yang dilakukan oleh Kepplinger dan Dombach, menunjukkan bahwa sudut kamera tertentu, seperti syuting, menghasilkan respon penonton yang lebih menguntungkan bagi seorang politikus daripada yang lain. Mereka menyimpulkan bahwa 'sudut kamera mempengaruhi persepsi, khususnya di kalangan pendukung politisi'. Scott Keeter, misalnya, menyatakan bahwa semua pemilih yang menonton televisi adalah yang paling mungkin dipengaruhi oleh kandidat politik.
Pengaruh Iklan Politik
Kami disebutkan di atas pentingnya membedakan antara jenis komunikasi politik, seperti siaran pemilu dan wawancara berita TV. Penelitian yang dikutip oleh Diamond dan Bates mendukung 'kegunaan dan gratifikasi' tesis bahwa efek dari iklan politik (di mana kategori kita termasuk siaran partai politik Inggris) yang sangat dikondisikan oleh sikap politik yang ada penonton. Hal ini berlaku terlepas dari kualitas estetika iklan tersebut. Iklan dapat menerima pujian dari komentator dan analis, sementara gagal untuk meningkatkan penilaian sebuah partai. Ketika semua bukti empiris diperhitungkan (dan tidak ada begitu banyak seperti yang sudah diduga, mengingat sejauh mana gambar-manajemen telah menjadi fitur utama dari kampanye politik) dapat disimpulkan bahwa ada tidak muncul untuk menjadi cara di mana pesan politik dapat dibangun sehingga menghasilkan respon yang menguntungkan di antara penonton. Ini tidak boleh dilupakan, bagaimanapun, bahwa berbagai faktor mediasi campur tangan dalam hubungan komunikator-receiver, yang mempengaruhi makna pesan dan dampaknya terhadap sikap dan perilaku.
Komunikasi Politik dan Proses Demokratis
Pendekatan empiris dari efek komunikasi politik adalah penekanan terhadap proses demokratis itu sendiri, melalui telaahnya terhadap perilaku dan sikap politik masyarakat demokratis. Pada konsep ini, politisi dituntut untuk lebih peka terhadap situasi opini publik, sehingga publik berpartisipasi aktif dalam mengawasi kinerja pemerintahan.
Naiknya Biaya Kampanye
Biaya kampanye yang mahal, menjadikan hal ini sebagai suatu fenomena diskriminasi, karena kesetaraan akan hak politik akan semakin menurun, yaitu ketika semuanya harus diawali dengan sumber daya keuangan, maka yang tidak memiliki sumber daya tersebut memiliki sedikit akses untuk mengoptimalkan hak politiknya. Meskipun tidak selalu sumber daya uang itu memilki pengaruh, akan tetapi efektifitas dan efisiensi kampanye lah yang menjadi tolak ukur keberhasilan, melainkan orang yang memiliki sumber daya keuangan akan lebih diuntungkan.
Komersialisasi Politik
Komunikasi politik era modern yang terpaku pada sistem formasi sosial kapitalis, menempatkan demokrasi sebagai instrumen terpenting dalam ranah politik. sehingga menimbulkan berbagai efek, khususnya untuk melakukan sosialisasi politik, yang tentunya akan berdampak pada komersialisasi politik.
Politik dan Post-Modern
Munculnya instrumen kebebasan berpendapat dalam demokrasi melahirkan berbagai lembaga penghimpun ruang publik. Seperti halnya, media cetak, elektronik, dsb. Ruang-ruang publik atau media mendapat ruang tersendiri dalam konstelasi politik suatu negara, sehingga tak jarang media bermain peran terhadap kepentingan politik dibelakangnya. Pada konsteks kontemporer, khususnya di masa post modern, media menjadi instrumen penting dalam mensosialisasikan kandidat politik. bahkan sudah menjadi suatu keniscayaan akan adaya ikut serta media dalam ajang kontestasi politik. fenomena post modern seringkali menghadirkan hal-hal yang berbau manipulatif, seperti halnya kandidat yang disosialisasikan dalam media tidak sebagus apa yang ditampilkan. Sehingga, hal ini menimbulkan permasalahan tersendiri bagi masyarakat, khususnya bagi negara yang tingkat pendidikan masyarakatnya masih rendah. Oleh karena itu, pendidikan politik terhadap masyarakat agar lebih selektif memilih kandidat merupakan peran yang sangat penting, agar legitimasi kekuasaan tidak jatuh pada orang yang tidak kompeten dibidangnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lowell Barrington, Comparative Politics Structures and Choices (Australia: Wadsworth, 2013), 227-257. & Peter Calvert, Comparative Politics: An Introduction (Harlow: Pearson, 2002), 297-320.

Bagaimanakah menghubungkan elite dan massa dalam proses politik? Literatur kali ini membahas dan mengeksplorasi konsep-konsep mengenai el...