I.
Liberalisme
Liberalisme
merupakan paham yang saat ini dominan di dunia, sebuah ideologi yang menawarkan
konsep kebebasan individu dalam memilih jalan hidupnya, dan individu sebagai
pusat perkembangan peradaban menjadikannya banyak diresapi oleh negara-negara
di dunia.
Lalu, apakah liberalisme menjadi sebuah acuan utama
dalam pengambilan keputusuan pemerintah, seperti halnya kasus hukum prostitusi
di Swedia dan Belanda, kedua negara tersebut merupakan negara yang menganut
demokrasi liberal, namun memiliki pendekatan yang berbeda dalam menerapkan
kebijakan tentang prostitusi, untuk itu perlu kita pahami makna liberalisme
secaram mendasar.
Liberalisme tidak bisa hanya diklaim saja, bahwa suatu
negara merupakan sebuah negara liberal. Akan tetapi, terdapat beberapa kriteria
yang menyatakan bahwa suatu hal dapat menerapkan liberalisme jika, pertama,
terdapat pembenaran mengenai hal ini dari institusi politik, kedua, konstitusi
dan kebijakannya harus berdasarkan pada prinsip liberal, ketiga, sikap individu
dan institusi yang menjalankan konsep prinsip liberalisme. Oleh karena itu,
ketiga hal tersebut menjadi dasar utama dalam memaknai konsep liberalisme yang
ditetapkan oleh suatu negara, yang tentunya dapat memberikan pemahaman
mendasar.
Selain itu, dalam konsep liberalisme dikenal istilah ‘toleransi’
peristiwa reformasi diberbagai negara yang diwarnai aksi radikal serta perang
antar agama, menjadi sebuah kecaman bagi kelangsungan kehidupan manusia. Oleh
sebab itu, paham liberalisme mulai menengahi hal ini, dengan prinsipnya yang
mengutamakan hak individu dan saling menghormati antara hak individu yang satu
dan yang lainnya, menjadi acuan paham ini untuk banyak berkembang diberbagai
negara, dalam hal ini itulah yang disebut dengan toleransi, saat berbagai macam
pendapat bahkan begitu banyaknya perbedaan menjadi dapat berdampingan karena
asas saling menghormati antara satu dan yang lainnya.
Salah satu kajian penting dalam
liberalisme adalah utilitarianisme yang dijelaskan oleh Jon Stuart Mill. Ia
mengartikan kebebasan secara filosifis, yaitu terdapat hubungan prinsip-prinsip
politik terhadap teori nilai. Ia menjelaskan bahwasanya kebebasan selalu terkait
dengan keperluan/kebutuhan, dalam hal ini, tentu tujuan utamanya adalah untuk
mencapai kebahagiaan bukan untuk kepuasan semata. Dengan demikan, terdapat
perbedaan mendasar antara kepuasan dan kebahagiaan. Namun, Ia medefinisikan
bahwa kebebasan dalam konteks utilitarianisme adalah menjadi manusia yang
menikmati keadaan sekitarnya dan mampu untuk berfikir, mengekspresikan ide, menjalani
kehidupan sesuai dengan pilihan.
Pada intinya, liberalisme meyakini
bahwa setiap manusia itu bebas dan setara. Namun bukan berarti semua hal itu
berjalan tak sewajarnya, dalam arti lain tak ada batasan, semuanya ada batasan
baik secara legal yang disepakati lewat hukum, atau secara normatif yang
diperoleh dari prinsip saling menghormati antara setiap individu. Perkembangan
liberalisme meliputi kajian berbagai aspek, seperti halnya teori kontrak, hak
asasi manusia, dan konsep utilitarianisme sehingga lazim terjadi perdebatan
antara golongan kanan dan kiri. Oleh karena itu, interpretasi liberalisme itu
sendiri berbeda-beda disetiap wilayahnya.
II.
Sosialisme
Sosialisme
seringkali menjadi cibiran karena eksistensinya. Berbagai permasalahan yang
menyebabkan sosialisme tidak dapat diimplementasikan dengan baik, salah satunya
adalah masalah keragaman. Variasi dan ciri khas serta dominasi ideology saat
ini menjadi kendala utama terwujudnya suatu negara sosialis, karena saat ini
dunia begitu ramai membicarakan demokrasi, sehingga dalam hal ini kajian
mengenai sosialisme pun ikut tercampur menjadi konsep sosial demokrasi, yang
tentunya memiliki perbedaan dengan sosialisme pada umumnya.
Sosialisme dapat dipahami melalui beberapa kriteria,
pertama, sebuah langkah optimis melalui naluri alami manusia yang tidak bisa
hidup sendiri dan membutuhkan orang lain untuk berinteraksi dan hal yang
lainnya. Kedua, penekanan terhadap kerjasama, sosialis sangat mengedepankan
kerjasama dalam berbagai aspek, termasuk dalam aspek ekonomi tidak hanya
memberkin keutungan besar untuk segelintir golongan saja. Ketiga, pandangan
positif terhadap kebebasan, yang tentunya dalam konteks sosialis. Keempat, dorongan
terhadap kesetaraan. Keempat nilai atau kriteria tersebutlah yang bisa
dikategorikan sebagai sekumpulan sosialis. Oleh karena itu, hal ini mengartikan
bahwa sebuah dorongan dari dalam diri manusia untuk membentuk sebuah golongan
yang lebih menekankan aspek sosial serta dorongan sistem untuk
mengimplementasikan hal ini kedalam sebuah kehidupan sekelompok manusia atau
negara dapat diartikan sebagai sosialisme.
Jika berbicara mengenai sosialisme maka hal ini tak
luput dari pemahaman marx mengenai sosialisme, hal ini seringkali disebut marxisme,
marx dan engel menyatakan hal ini adalah sebuah kajian ilmiah, yang disebabkan
beberapa faktor, yaitu: pertama, teori konflik antarkelas, hal ini mengandung
kajian permasalahan ekonomi dan politik pada realitanya. Seringkali karena
kesenjangan tersebut terjadilah perang. Kedua, teori revolusi, dalam hal ini
teori revolusi digambarkan sebagai manifesto komunis, merupakan sebuah
cita-cita marx akan sebuah wilayah yang damai, khususnya secara ekonomi dan
politik. Ketiga, teori sejarah, setiap kelompok memiliki sejarah akan
terlahirnya atau bertahannya kelompok tersebut, sehingga hal itu meruapakan
sebuah bahan edukasi untuk masa depan. Keempat, teori kumpulan manusia, hal ini
mempelajari aktivitas manusia dan tentunya berkaitan dengan ketiga teori
lainnya, karena kumpulan manusia menjadi objek utama, khusunya dalam
menjadikannya setara antara satu sama lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar