Ibnu Taimiyah
Ahmad Ibnu Taimiyah seorang asal Suriah yang berkontribusi besar
dalam pemikiran politik Islam. Kehidupannya yang tertekan oleh militer
menjadikannya menghasilkan suatu pemikiran brilian mengenai pemerintahan
syariat.
Misi Ibnu Taimiyah adalah
menyebarkan makna syariat yang benar. Ibnu Taimiyah menghabiskan waktunya
sebagai kritikus agama di wilayah Mamluk, Mesir, dan Suriah. Ia menyerang
segala sesuatu yang bersifat bidah dan mengkritik para ulama sunni yang lemah. Ia senantiasa
bersikap keras pada persoalan syariat, namun Ia mendukung penalaran melalui
metode ijtihad sebagai salah satu metode konsensus dalam perumusan hukum umat
Islam. Selain itu, Ia adalah pendukung jalan tengah atau rekonsiliasi antara
nalar (metode teologi), riwayat (metode ahli hadist), dan kehendak bebas
(metode para sufi).
Ibnu Taimiyah membuat suatu karya di
bidang politik yaitu al-kitab al-siyasah al-syar’iyyah. politiknya
diilhami oleh visi dan misinya dibidang syariat. Menurutnya, aplikasi syariat
Islam dalam pemerintahan menjadi acuan yang harus diperjuangkan bersama. Dengan
ini jelas tergambarkan bahwa tujuannya adalah membangun pemerintahan yang
berdasarkan syariat Islam. Ia menjelaskan bahwa dalam proses ini, agama
memerlukan negara sebagai suatu kesatuan yang sinergis membangun tujuan
bersama. Karena tentunya dalam agama dan negara terdapat permasalahan dan
pembahasan mengenai politik, hukum, ekonomi, hak individu, dll. Sehingga dengan
pola seperti ini konsep pemerintahan berdasarkan syariat Islam akan terlaksana,
sebab para pemegang otoritas atau kekuasaan memiliki tujuan pokok dalam
memimpin negara, yaitu mendekatkan diri kepada Tuhan. Dengan
terimplementasikannya konsep tersebut, maka kesejahteraan masyarakat terlebih
dalam bidang materi dan spiritual dapat terpenuhi dengan baik, karena
sinkronisasi pemerintahan berdasarkan syariat.
Ibnu Khaldun
Abdurrahman Ibnu Khaldun lahir di Tunisia pada tahun 1322, dalam
hidupnya yang penuh gejolak menjadikannya pribadi yang terus belajar, sehingga
tergolong dalam intelektual muslim terkemuka. Awalanya ia bekerja pada
pemerintah Maroko dan Granada dalam sebuah tugas misi perdamaian. Ia memiliki
bakat bernegosiasi dan beraliansi, pada titik inilah Ibnu Khaldun terpanggil
untuk mereformasi masyarakat melalui kekuatan sendiri atau mendorong raja untuk
menjadi pemimpin yang bijak. Di usianya yang ke 36 ia berhenti dari urusan
pemerintahan dan kembali belajar dan mengajar. Pada masa pembelajarannya
inilah, ia membuat buku tentang sejarah dunia (kitab al-‘ibar) yang terus menerus
ia perbaiki sepanjang hidupnya. Karena dampak perselisihan politik, maka ia
berpindah ke kairo dan menjadi ahli hukum islam yang dihormati.
Pemikirannya dalam memaknai
pengetahuan adalah dengan mengembangkan sebuah cara baru menaksir nilai
sumber-sumber historis dengan mengaplikasikan metode filsafat dan studi
sejarah, dengan ini tergambarkan bahwa ia adalah seorang realis-empiris seperti
halnya Aristoteles. Dalam studinya yang berupaya mencatat sejaraha dunia, ia
menemukan kendala yaitu ketika verifikasi kesalahan dan kebenaran dalam sejarah
masa silam, sehingga ia menggunakan metode analitis-empiris agar meminimalisir
kesalahan yang terjadi dalam penulisannya karena dengan menggunakan metode
tersebut akan memuat informasi sedetail mungkin.
Ibnu Khaldun menganalisis kemunduran
raja-dinasti dengan bentuk otoritas moral dan amoral. Dengan otoritas kenabian
dan kekhalifahan yang jelas menggunakan moral dalam otoritasnya, serta
implementasi pemerintahan dan agama secara beriringan menjadikan masa tersebut
masa gemilang. Dengan demikian ia mengklasifikasikan tiga bentuk pemerintahan,
yaitu kedaulatan alami (siyasah thabi’iyyah), negara berdasarkan nalar(siyasah
aqliyah), negara ideal (madinah fadhilah).
Santo Augustinus
Santo Augustinus lahir di Tagaste, Numidia Afrika Selatan tahun 354
M. Ia pergi ke Roma dan Milan serta meninggalkan minikisme setelah mengalami
pergulatan batin dan krisis spiritual serta moralitas. Setelah sempat mengalami
keresahan jiwa, akhirnya ia menemukan kebenaran yang hakiki dari ajaran-ajaran
pemikiran Plato dan Aristoteles. Setelah itu, terjadi dorongan aneh yang
menjadikannya masuk katolik, terdengar suara “ambil dan bacalah” kata-kata itu
terdengar berulang-ulang. Kemudian ia mengambil alkitab dan dibacanya
surat-surat Rasul Paulus. Augustinus kemudian menjadi pelayan tuhan dan
diangkat menjadi bishop di hippo.
The City of God yang merefleksikan negara dan kekuasaan merupakan sebuah produk
interaksi-dialektis antara dirinya dengan realitas sosio-politik yang
mengitarinya, dalam buku ini membahas jawaban terhadap pertanyaan kehancuran
Roma. Selain itu Augustinus juga
memiliki pandangan terhadap asal muasal masyarakat politik, hubungan
pemerintahan sipil dan hukum tuhan, hukum alam dan keadilan dalam tulisannya De
Civitate Dei.
Augustinus menganalogikan negara itu ibarat tubuh dan jiwa. Tubuh itu
bersifat fana, seiring waktu ia akan hancur baik itu karena proses alamiah atau
hal insidental lainnya. Maka begitulah sifat negara duniawi yang hanya
mementingkan persoalan nafsu belaka. Sedangkan jiwa bersifat kekal, tidak akan
pernah mati atau hancur, dan inilah konsep negara tuhan yang didasari oleh
spiritualitas dan ketaatan kepada Tuhan demi memperoleh cinta kasih tuhan dan
kebaikan bersama.
Thomas Aquinas
Thomas Aquinas dilahirkan di Naples dalam keluarga aristokrasi
Italia, sejak kecil ia dididik keagamaan yang ketat. Di masanya Thomas
mempelajari Aristotelianisme, antara lain melalui ajaran Ibun Rusyd. Thomas
dijuluki sebagi raja skolastik Eropa Kristen karena telah meletakkan
dasar-dasar intelektual dan teologis yang kokoh bagi perkembangan pemikiran
politik Kristiani Eropa Abad Tengah.
Dalam realita sosial yang
dihadapinya Thomas melahirkan berbagai pemikiran tentang hukum, negara dan
kekuasaan politik. pemahamannya akan hukum didasari dua definisi, yaitu hukum
alam dan hukum abadi. Hukum alam merupakan rasionalitas manusia sebagai makhluk
yang berakal dan rasional, sedangkan hukum abadi adalah kebijaksanaan dan akal
budi Tuhan. Selanjutnya Thomas mendefinisikan kekuasaan yang sebenarnya adalah
kekuasaan yang berasala dari Tuhan, haruslah dipergunakan demi kebaikan bersama
dan tidak dibenarkan untuk kepentingan pribadi.
Keterkaitan Pemikirannya
Keempat tokoh pemikir teologis ini adalah orang-orang yang
berpengaruh besar dalam sistem pemerintahan dimasanya bahkan hingga kini
menjadi bahan kajian dan relevansi solusi terhadap permasalahan aktual.
Konsep ketuhanan sebagai landasan
awal dalam membangun sebuah kekuatan politik yang berorientasi pada dua hal,
yaitu hal yang bekaitan dengan permasalahan dunia, dan hal yang berkaitan
dengan permasalahan akhirat. Permasalahan keduniawian, seperti halnya ekomi,
politik, hak asasi, hukum disinkronkan dengan konstitusi utama yaitu ajaran
ketuhanan yang akan membawa manusia pada kebahagiaan dan kesejahteraan umum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar