I.
Post
Colonialism
Berbicara
mengenai pascakolonialisme merupakan suatu hal yang menantang. Suatu kajian
terminologi yang sulit dipahami, merupakan hal yang relatif baru, mengandung
unsur kegairahan, kebingungan, dan skeptisme yang heterogen, menjadikan hal ini
menantang untuk dipahami karena sifatnya yang interdisipliner yang meliputi
analisis literer, riset, arsip, kritik atas naskah medis, teori ekonomis dan
pengembangangan lainnya dalam cakupan pemerintahan kolonial.
Aria Loomba dalam bukunya
colonialism/post colonialism mengangkat tema-tema perdebatan untuk menjadi
kajian utama dalam memahami pascakolonialisme, yaitu : kolonialisme,
imperialisme, wacana, oposisi biner, ideologi, gender. Kritiknya merupakan
segala hal yang berkaitan dengan akibat sejarah kolonialisme, khususnya
penjajahan kolonialis. Ia menekankan bahwasanya kolonialisme bukanlah
satu-satunya yang menjadi sejarah bangsa. Sebelumnya, harus kita ketahui
ideologi, sistem hierarki, praktek-praktek kehidupan dan interaksinya dengan
kolonialisme. Karena tentunya kolonialisme tidak menuliskan sejarahnya sendiri,
sehingga kolonialisme tidak dapat disalahkan seutuhnya terhadap semua yang
terjadi pascakolonialisme.
Kolonialisme secara sederhana dapat
dipahami dari asal katanya yaitu colonia yang berarti pertanian/pemukiman, yang
selanjutnya didefinissakan sebagai penaklukan dan penguasaan atas tanah dan
harta penduduk asli oleh pendatang. Hal ini selalu identik dengan permasalahan
yang begitu kompleks dan traumatik, seperti halnya tragedi berdarah. Dahulu
praktek kolonialisme dilakukan oleh beberapa kekaisaran besar, seperti halnya
Romawi yang menguasai Armenia hingga Laut Atlantik, Mongol yang menguasai Timur
Tengah hingga Cina, Inca yang menguasai Suku-suku di benua Amerika, dan Cina yang
melebihi penguasaan kekaisaran Eropa. Pada saat itu, sistem yang berlaku adalah
pembayaran upeti pada kerajaan pusat. Sedangkan masa modern, daerah koloni
tidak hanya membayar upeti, namun sumber daya manusia dan alamnya pun
dieksploitasi demi kepentingan negara induk. Selain itu, daerah jajahan merupakan pasar bagi
negara induk, hal ini merupakan awal mula munculnya kapitalisme dan industri
eropa.
Lalu, apakah sebenarnya makna dari
kolonialisme? Penaklukan negara imperial terhadap negara koloni, namun
penguasaan terhadap negara koloni belum berakhir. Sehingga, menimbukan
perdebatan, seperti halnya, menggunakan istilah pasca kolonialisme merupakan
hal yang kurang relevan. Namun jika dilihat dari segi wilayah dan waktu secara
harfiah sudah berakhir, karena sejatinya orang-orang yang berasal dari daerah
koloni sudah menyebar ke seluruh dunia. Hal ini menggambarkan pendefinisian
yang kurang memadai terhadap negara-negara yang pernah dijajah. Secara umum,
kolonialisme dapat diartikan sebagai pengambilalihan secara paksa tanah dan
perekonomian negeri koloni oleh negara imperialis dan restrukturisasi ekonomi
untuk kepentingan negara imperialis, selain itu, wahana ekspansi teknologi dan
pemikiran barat terhadap pemikiran negara-negara dunia ketiga.
Dalam perspektif budaya, pascakolonialisme merupakan
budaya “putih global” dalam arti, kebudayaan kulit putih sebagai acuan
perkembangan bagi semua budaya. Hal yang
menelatarbelakangi ini adalah penguasaan bangsa dari luar, operasi kerja sama
dari dalam, sistem-sistem lama yang digunakan dahulu ditiru dari dalam dan
digunakan sebagai versi baru. Lalu apa sebenarnya pascakolonialisme? Perlawanan
terhadap dominasi kolonial dan warisan-warisannya yang tetap ada hingga saat
ini. Dalam memahami pascakolonialisme, perlu kita cermati lebih dalam mengenai keterkaitan
kolonialisme dan imperialisme, wacana kolonial, pemahaman mengenai oposisi
biner, feminisme atau permasalahan gender, serta ideologi dan identitas.
II.
Rational
Choice
Donald P. Green dan Lan Shapiro
mengatakan dalam bukunya yang berjudul Pathologies
of Rational Choice Theory, dijelaskan bahwa teori rational choice
merupakan salah satu pendekatan dalam mengkaji politik yang begitu kompleks ke dalam
sebuah catatan penting. Dalam pembahasan ini bukan berarti aspek utama dalam
memahami kompleksitas permasalahan politik menggunakan rasio sebagaimana yang
selalu diidentikan dengan aspek pendefinisian rational choice. Melainkan
dalam aspek ini kita memahami rasionalitas yang di klasifikasikan kedalam
tradisi rational choice yang ditandai dengan perbedaan karakteristik dari sudut
empirical testing.
Ada beberapa
asumsi yang kontroversional dalam teori rational choice, asumsi mengenai
kegunaan yang sebesar-besarnya, struktur pilihan, pembuatan keputusan dalam
kondisi yang tidak pasti, permasalahan yang melebar, pemusatan penjelasan dari
setiap individu menjadi sebuah hasil yang kolektif. Beberapa asumsi tersebut
dapat kita fahami bahwa dalam pembahasan ini, keputusan yang rasional tidak
hanya semata-mata mempertimbangkan satu aspek saja, melainkan beberapa asas
empirik dan metode sains menjadi faktor langkah penentu dalam menentukan hasil
terhadap respon permasalahan. Penjelasan dari gambaran rational choice
biasanya diartikan sebagai penjelasan terhadap suatu hal yang ingin dilaksanakan
baik itu dalam interaksi sosial di dalam pasar, tatanan pemerintahan, dan
institusi lainnya. Karena tentunya dalam pelaksanaan tersebut membutuhkan
pilihan keputusan yang rasional. Sehingga idealnya keputusan tersebut diperoleh
berdasarkan beberapa kondisi, pertama diperoleh dari kondisi yang
optimal, kedua kondisi yang konsisten, ketiga kondisi dari
kumpulan sebab musabab. Dan tentunya semua kondisi tersebut didasari dengan
kepercayaan dan bukti nyata.
Asumsi mengenai
scientific method, ditemukan dalam fakta-fakta yang terlihat dalam ruang
lingkup rational choice, yaitu ketika kegemaran dalam mendorong suatu
hal menuju hal yang bersifat universal, karena salah satu prinsip dari metode
ilmiah adalah generalisasi dari suatu fenomena alam atau pun sosial. Sehingga
dapat dicontohkan, halnya aspirasi menjadi sebuah kesimpulan dari penjelasan
yang menggambarkan situasi dan kondisi setiap individu, sehingga aspirasi akan
ditampung dan dijadikan peraturan yang bersifat umum dan tidak individual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar