Sabtu, 18 Maret 2017

Peran Birokrasi dalam Proses Kebijakan

Pada umumnya, seringkali kita tidak menyadari bahwa ada salah satu elemen penting dalam proses pemerintahan. Perhatian kita, seringkali difokuskan pada kondisi elit politik, terutama kepada aktor-aktor politik yang berkarir melalui proses pemilihan umum. Permasalahan negara atau daerah yang timbul saat ini, seringkali kita kaji melalui aspek efektivitas dan efisiensi dari suatu kebijakan. Namun, dalam kasus ini, birokrasi seringkali ada ketika masyarakat berinteraksi dengannya, akan tetapi sejatinya, birokrasi memiliki peran penting dalam proses kebijakan, khususnya dalam ranah implementasi, karena sebenarnya birokrasi menjadi salah satu eksekutor penting dari kebijakan-kebijakan pemerintah yang ditetapkan.
            Dengan demikian, birokrasi merupakan hal yang sangat penting dalam tata kelola pemerintahan, khususnya dalam proses kebijakan. Hal ini dapat kita pahami lebih dalam dengan kasus berikut, perbaikan jalan, pembangunan fasilitas publik, pengelolaan fasilitas publik, penyaluran dana bantuan, penarikan pajak, dan hal lainnya yang terkait dengan proses pemerintahan memerlukan birokrat sebagai eksekutor kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Oleh karena itu, dekatnya birokrasi dengan masyarakat, serta pentingnya birokrasi dalam proses kebijakan, terutama dalam hal implementasinya, menjadikan birokrasi menjadi elemen penting yang harus dikaji, karena tidak menutup kemungkinan adanya permasalahan krusial yang ada dalam ranah birokrasi, sehingga mengganggu proses kebijakan.
            Umumnya, konsep trias politika (legislatif, eksekutif, yudikatif) yang banyak digunakan oleh berbagai negara di dunia dapat berjalan dengan baik apabila aparatur-aparaturnya, terlebih yang fokus dalam persoalan administratif, dapat melakukan tugas dan fungsinya dengan baik sesuai dengan visi dan misi yang dicanangkan dalam suatu lembaga pemerintahan. Baik itu unsur legislatif, eksekutif, maupun yudikatif, ketiganya membutuhkan tenaga administratif yang mumpuni, sehingga dengan demikian birokrasi sudah menjadi bagian penting didalamnya, maka dari itu, birokrasi memiliki peran strategis yang dapat menentukan efektivitas dan efisiensi dari program-program yang dicanangkan pemerintah.
            Elit politik atau pejabat pemerintahan tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik tanpa bantuan dari aparatur-aparatur yang memang khusus dipersiapkan untuk melaksanakan tugas tertentu. Pejabat publik mungkin enggan mengurusi permasalahan yang bersifat teknis, khususnya terkait permasalahan prosedural atau administratif, sehingga para pejabat cenderung lebih terfokus pada hal-hal yang bersifat umum. Maka dari itu, dalam prosesnya birokrat cenderung menafsirkan sendiri terkait dengan kebijakan yang ditetapkan. Itulah gambaran sederhana pengaruh birokrat dalam proses kebijakan. Selebihnya, birokrat dapat mempengaruhi elit demi kepentingan mereka.
            Era industrialisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan yang signifikan, mengharuskan pemerintah untuk terus mengevaluasi profesionalisme birokrasi. Sebab, pembangunan baik secara mental maupun fisik dipengaruhi oleh kualitas aparatur-aparatur birokrasi. Seperti halnya, pelayanan publik yang prima dapat mempermudah masyarakat dalam mengakses hal tersebut, termasuk persoalan izin untuk mengembangkan usaha, atau membangun sebuah industri, atau bahkan perizinan lainnya yang berhubungan dengan pengembangan kualitas individu dan masyarakat pada umumnya.
            Birokrasi memiliki pengaruh besar pada proses pembuatan kebijakan. Perlunya, mencermati dan memberikan masukan terhadap aturan-atuan yang akan mereka lanksanakan, menjadi salah satu pertimbangan besar bagi legislatif dalam menentukan undang-undang. Anggapan akan birokrat yang memiliki segudang pengalaman, menjadikan hal itu sebagai pengaruh yang signifikan dalam perumusan kebijakan. Sehingga, dengan landasan pengalaman, birokrat membangun argumentasi yang dapat mempengaruhi keputusan politik, khususnya dalam menentukan kebijakan.
            Sebagai salah satu instrumen penting dalam penyelenggaraan pemerintahan, kita tidak bisa memandang sebelah mata terkait peran dan fungsi dari birokrasi. Sistem pemerintahan harus diiringi dengan administrasi publik yang baik, hal ini harus disertai dengan pelayanan publik yang baik, yang tentunya dilakukan oleh para birokrat. Idealnya birokrat diposisikan sebagai golongan yang netral bertugas sesuai dengan apa yang ditetapkan. Akan tetapi kehidupan senantiasa dinamis, pengaruh dari luar maupun dari dalam senantiasa menimbulkan hal-hal yang bersifat ‘politisasi’. Oleh karena itu, birokrasi menjadi salah satu potensi besar adanya politisasi di dalamnya, entah melalui birokrat yang mencoba mempolitisisasi hal itu atau politisi yang mencoba mempolitisasi birokrasi.
            Meskipun birokrasi menuai banyak kritik dan kecaman dari berbagai elemen, namun sampai saat ini birokrasi masih eksis karena belum ada hal lain yang bisa menggantikan perannya. Birokrasi lahir dari program-program yang dibuat oleh pemerintah, sehingga untuk menunjang program tersebut dibutuhkan sumber daya yang benar-benar mumpuni, adanya pengkhususan bidang-bidang yang sesuai dengan kompetensi dari birokrat itu sendiri. Namun seringkali, jika program berhasil terealisasikan dengan baik, maka peran birokrasi sering dilupakan, melainkan politisi yang mengajukan program tersebut mengklaim kesuksesannya sendiri. Akan tetapi, jika program yang dicanangkan berjalan kurang baik, maka seringkali politisi menyalahkan birokrat dalam prosesnya.
            Demokrasi memberikan pengaruh besar terhadap birokrasi. Pejabat terpilih merupakan representasi dari suara rakyat, yaitu rakyat yang memilihnya sehingga ia bisa mewakili mereka untuk memimpin suatu lembaga atau institusi. Birokrasi yang memiliki garis hierarki yang jelas dan tegas, menekankan bahwa ketaatan dan loyalitas terhadap pemimpin institusi sangatlah diperlukan. Lalu, yang menjadi permasalahan adalah ketika pemimpin terpilih atau birokrat tidak dapat sinkron dalam menyikapi suatu persoalan. Ketentuan akan kepatuhan terhadap pemimpin terpilih memang harus dilakukan, akan tetapi hal-hal yang bersifat keluar dari konteks yang seharusnya dapat ditolak oleh birokrat, meski karirnya terancam. Begitupun bila pemimpin terpilih tidak dapat mengorganisir birokrat, hal ini juga dapat menyebabkan terhambatnya progress dari program-program yang telah dicanangkan. Sehingga dengan demikian, perlu adanya kerjasama antara pemimpin terpilih dengan birokrat, perlu dibangun komunikasi yang baik, agar dapat sinergis.
            Keluh kesah masyarakat terkait kebijakan pemerintah, seringkali diungkapkan pada birokrat atau bahkan seringkali emosi masyarakat jatuh pada birokrat karena sebagai eksekutor dari pelaksanaan kebijakan, dan tentunya yang dekat dengan masyarakat. Seperti halnya, ketika biaya pajak, listrik atau air ditaikan, maka masyarakat cenderung memarahi petugas. Dengan demikian, sudah menjadi keharusan birokrat diisi oleh orang yang seharusnya, atau yang sesuai dengan bidangnya. Selain itu, pelayanan publik yang prima dapat membantu meredakan emosi masyarakat. Dengan demikian, selayaknya birokrasi menjadi media edukasi sekaligus sosialisasi bagi pemerintah. Sehingga perannya begitu besar dalam proses kebijakan.
            Berbagai permasalahan terkait birokrasi, politik, dan pemerintahan memahamkan kita akan kondisi yang begitu kompleks, khususnya dalam ranah administrasi publik, dimana peran politik, pemerintahan, dan birokrasi sangat memberikan pengaruh yang signifikan terkait dengan orientasi yang ada di dalamnya. Birokrasi, jelas memiliki peran dalam proses kebijakan, bak dari segi perumusan, pelaksanaan, bahkan hingga tingkat evaluasi. Sebagai golongan profesional dan berpengalaman, birokrasi memiliki kedudukan tersendiri dalam ranah eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Peranannya sangatlah berpengaruh dalam menentukan goals dari apa yang pemerintah canangkan. Sebagai eksekutor utama dalam pelaksanaan kebijakan, pemerintah perlu terus memperbaiki kualitas birokrasinya, khususnya meningkatkan profesionalitas para birokrat, sehingga mereka dapat menjalankan peran dan fungsinya dengan baik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lowell Barrington, Comparative Politics Structures and Choices (Australia: Wadsworth, 2013), 227-257. & Peter Calvert, Comparative Politics: An Introduction (Harlow: Pearson, 2002), 297-320.

Bagaimanakah menghubungkan elite dan massa dalam proses politik? Literatur kali ini membahas dan mengeksplorasi konsep-konsep mengenai el...