Bagaimanakah menghubungkan elite dan
massa dalam proses politik?
Literatur kali ini membahas dan mengeksplorasi
konsep-konsep mengenai elit dan masa. Seperti halnya, perbedaan antara elit dan
massa, terkait ide elit yang dikonseptualisasikan dalam politik komparatif.
Selain itu, menjelaskan berbagai bentuk partisipasi politik. dan mendiskusikan
perbedaan antara hubungan program dan klientelis serta antara kelompok kepentingan
dan gerakan sosial. Kemudian, menganalisis ciri pengaturan alternatif dalam menggabungkan
kelompok-kelompok kepentingan dalam proses pembuatan kebijakan.
Perlu
kita pahami terlebih dahulu bahwa elit politik adalah mereka yang lebih banyak
terlibat dalam proses politik dibandingkan dengan warga biasa pada umumnya. Para
elit politik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil politik atau
kebijakan. Sehingga, elit politik memiliki kekuasaan yang begitu berpengaruh,
sehingga perlu kita ketahui bagaimana orientasinya dan tujua yang ingin
digapainya seperti apa. Menurut C. Wright Mills seorang elit dengan tujuan dan
perannya, memiliki dua kemungkinan, yaitu terbuka dan tertutup. Jika terbuka
maka biasanya lebih cenderung pada merit sistem untuk birokrasi. Sedangkan
tertutup lebih cenderung pada nepotisme yang lebih mementingkan kerabat.
Terkait
dengan massa dan partisipasi politiknya, terbagi menjadi dua aspek partisipasi,
yaitu partisipasi konvensional dan inkonvensional. Partisipasi konvensional
adalah keikutsertaan masyarakat dalam menyalurkan dukungannya kepada para elit,
seperti halnya proses pemilihan. Sedangkan partisipasi inkonvensional adalah
aktivitas masyarakat yang cenderung bertentangan dengan elit, seperti halnya
mogok bekerja, mengajukan protes berlebih, atau bahkan sampai dengan kekerasan.
Selain itu, terdapat juga non partisipan dalam konsep ini , hal ini sudah
menjadi umum dalam konsep demokrasi maupun non demokrasi. antara lain beberapa
pihak yang cenderung non partisipatif adalah pemuda, orang miskin, dan kaum
minoritas.
Lalu,
mengenai hubungan elit dan massa dalam proses politik. pada umumnya terdapat
program-program elit yang dibuat untuk menghubungkan elit dan masa, namun
seringkali program itu bersifat klientelistik. Sehingga perlu kita pahami,
bahwa program salah satu representasinya dapat melalui partai politik yang
menekan arah kebijikan, sehingga dengan demikian elit dan massa dapat
terhubung. Sedangkan klientelisme lebih menghubungkan antara elit dan massa
melalui individu, sehingga dapat diartikan hubungan patron-client.
Selain
itu, hubungan antara elit dan massa dapat di pengaruhi oleh informasi dan representasi
dari sistem ‘program’ dan ‘klientelis’. Sehingga, memungkinkan massa untuk
memberikan informasi kepada elit.
Artinya, informasi ini mencakup tuntutan untuk program atau layanan
pemerintah dalam menyelesaikan persoalan yang ada di masyarakat. Sistem program
cenderung menghasilkan informasi yang berasal dari masyarakat yang memiliki
atensi terhadap permasalahan yang ada, mereka bukan elit, akan tetapi lebih memperhatikan dan lebih berpartisipasi
dalam politik dibandingkan warga negara lain.
Dengan
demikian atensi masyarakat terhadap suatu fenomena, menimbulkan gerakan-gerakan
sosial yang tentunya sangat mempengaruhi relasi elit dan massa. Pada umumnya gerakan
sosial sebagai jaringan informal dengan sudut pandang yang sama, bertindak
untuk mempromosikan atau menolak perubahan politik, ekonomi, dan sosial. selain
itu, terdapat Gerakan sosial baru yang tidak terfokus pada isu-isu pekerja,
melainkan lebih kepada gerakan sosial yang dikembangkan pada permasalahan
disekitar kita, seperti halnya isu-isu perempuan, lingkungan hidup, gerakan
perdamaian. Bukan hanya gerakan sosial yang memiliki pengaruh, melainkan
kelompok kepentingan atau interst groups pun memiliki pengaruh yang signifikan.
Pada umumnya, kelompok ini berfokus pada beberapa tujuan, yaitu : ekonomi, advokasi, masalah lokal. Oleh
karena itu, tujuannya adalah berfokus pada permasalahan pluralisme,
korporatisme, dan kontrol negara.
Faktor apa yang mendorong terjadinya
revolusi dan perubahan politik?
Seperti halnya proses demokratisasi,
bila terjadi revolusi maka akan berlangsung secara bertahap. Hal ini pada
umumnya terjadi karena ketidakpuasan terhadap kinerja pemerintah, terkait satu
atau beberapa peristiwa yang menghendaki masyarakat untuk melakukan perubahan
kekuasaan politik. Aksi-aksi yang dirancang untuk pemerintahan baru, serta
ekspektasi masyarakat terhadap pembaharuan agar tercapainya hal-hal yang mereka
inginkan mentransformasi masyarakat untuk melakuka revolusi, baik secara politik
maupun sosial. meskipun dapat diprediksikan bahwa kecenderungan revolusi total
itu sangatlah sulit, akan tetapi, gerakan-gerakan tersebut senantiasa akan
memiliki dampak, kecil maupun besar, bahkan konsekuensinya bisa dalam cakupan
internasional maupun intranasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar